Sejarah Pesantren Darush Showab

Pesantren Darush Showab didirikan pada tahun 1940 oleh al-Maghfurlah Abuya K.H. Ahmad Damiri, seorang abituren pesantren yang memiliki himmah keagamaan yang tinggi disertai dengan penguasaan ilmu keagamaan yang mumpuni. Bangunan pesantren menempati sebidang tanah wakaf dari Embah Le’ah Binti Makun (Nenek Abuya) yang berlokasi di kampung Babakan Ciawi Desa Nagasari Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi Jawa Barat.

Kesungguhan dan keistiqomahan Abuya dalam mengembangkan ilmu agama mendapat respons positif dari masyarakat, sehingga Pesantren Darush Showab menjadi salah satu rujukan dan tujuan para santri dalam menimba ilmu agama. Hal ini terlihat dari tersebarnya para alumni pesantren yang membuka pondok pesantren dan pengajian khususnya di wilayah Bekasi dan Bogor. Tidak sedikit pula para tokoh masyarakat dan pemerintahan yang pernah mondok di pesantren ini.

Tercatat beberapa kyai yang pernah berjuang bersama Abuya dalam menghidupkan pendidikan dan menyebarkan ilmu pengetahuan agama (nasyr al-ilmi), diantaranya al-Maghfurlah K.H. Utsman (putera Abuya), al-Maghfurlah K.H. Hasan Djuwaeni Aladip (menantu Abuya) yang kemudian mendirikan Pondok Pesantren Darul Mu’allamah di Pasir Kupang, al-Maghfurlah Mama K.H. Syuja’i dan al-Maghfurlah K.H. Hambali Ahmad.

Pada tahun 1994, Abuya mengalami sakit, sehingga pengelolaan pesantren diselenggarakan oleh putera beliau yaitu K.H. Hambali Ahmad. Abuya K.H. Ahmad Damiri meninggal pada tahun 1997.

Pada tahun 2001, K.H. Hambali Ahmad tutup usia, Pesantren Darush Showab yang ditinggalkannya kemudian dikelola oleh adik beliau yaitu K.H. Saepudin.

Pada perkembangan berikutnya, mulai tahun 2004 Pondok Pesantren Darush Showab dipimpin oleh K.H. Saepudin sebagai sesepuh dan penasehat pesantren, K.H. Hasan Basri Hambali (Putera K.H. Hambali Ahmad) sebagai pengasuh pesantren, dan dibantu oleh beberapa staf pengajar.

Di era modern ini Pesantren Darush tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai pesantren salafiyah, sehingga kitab kuning tetap menjadi kajian utama.
FB Comments
0 Blogger Comments

0 comments:

Posting Komentar

Home