JADWAL KAJIAN RUTIN

Bekerjalah Untuk Duniamu Seakan-akan Engkau Akan Hidup Selamanya


اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوتُ غَدًا
Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.

Atsâr ini diantaranya terdapat dalam Musnad al-Hârits (Bughyah al-Bâhits ‘an Zawâ`id Musnad al-Hârits) Juz 2 halaman 983 yang dinisbatkan kepada ‘Abdullôh bin ‘Amr bin al-‘Âsh dengan redaksi:

«احْرِزْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوتُ غَدًا«
Peliharalah duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.

Dalam al-Jâmi’ ash-Shoghîr karya Imam Jalâluddîn as-Suyûthiy Rohimahullôh terdapat sebuah hadîts serupa dengan redaksi:

«اعْمَلْ عَمَلَ امْرِئٍ يَظُنَّ أنْ لَنْ يَمُوتَ أَبَدًا وَاحْذَرْ حَذَرَ امْرِئٍ يَخْشَى أنْ يَمُوتَ غَدًا»
Bekerjalah seperti orang yang tidak akan mati selamanya, dan takutlah seperti orang yang akan mati besok.

Dalam al-Faydh al-Qôdir Juz 2 halaman 12, Imam al-Munâwiy Rohimahullôh menjelaskan bahwa sebagian kalangan memaknai hadîts ini sebagai motivasi untuk totalitas dalam urusan dunia agar kemanfaatan dunia bisa dinikmati oleh generasi berikutnya, hadîts ini juga memotivasi agar beramal untuk kehidupan akhirat. Makna ini dinilai kurang tepat, karena agama menganjurkan untuk zuhud dalam kehidupan dunia dan mendahulukan urusan akhirat daripada dunia.

Imam Al-Munâwiy Rohimahullôh melanjutkan, bahwa makna yang tepat untuk hadîts ini adalah perintah untuk memprioritaskan urusan akhirat daripada urusan dunia. Jika seorang muslim mempunyai asumsi bahwa ia akan hidup selamanya, maka ia tidak akan fokus secara berlebihan terhadap perkara duniawi, karena walaupun tidak ia dapatkan hari ini, niscaya besok pun masih bisa ia raih. Sebaliknya dalam urusan akhirat, karena ia berasumsi akan mati besok, yakni dalam waktu yang tidak lama, maka ia akan bersungguh-sungguh untuk melaksanakan perintah Alloh Subhânahu Wa Ta’âlâ dan menjauhi larangan-Nya dalam upaya meraih kebahagiaan akhirat, karena jika tidak ia lakukan sekarang niscaya besok sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkannya.

Wallôhu a’lamu bish showâb

Hukum Puasa Rajab

TANYA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Mohon penjelasan mengenai hukum puasa di bulan Rajab, karena saya pernah mendengar ada ustadz di salah satu siaran radio yang menyebutnya sebagai perbuatan bid’ah dan hadîts-hadîts yang menganjurkan puasa tersebut adalah hadits palsu, sedangkan di kampung kita puasa ini sudah biasa dilakukan dan para guru kita selalu menganjurkannya. Terima kasih.

(Jama’ah Pengajian Rutin Masjid Jami’ Darush Showab)

JAWAB


Wa’alaikum salam Wr. Wb.

Hukum puasa Rajab adalah sunnah, bagi yang melaksanakannya mendapatkan pahala dan keutamaan yang besar. Demikian pendapat para ulama sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar al-Haytamiy dalam al-Fatâwâ al-Fiqhiyyah al-Kubrô dan Ibnu Sholâh dalam Fatâwâ-nya. Berikut beberapa dalil yang menjadi dasar hukum kesunnahan puasa bulan Rajab tersebut:

1.      Beberapa hadîts shohîh yang menganjurkan puasa sunnah secara umum

Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda:

«يَقُولُ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إلَّا الصَّوْمَ»
Alloh Subhânahu Wa Ta’âlâ berfirman: setiap amal anak cucu Adam adalah baginya, kecuali puasa.

Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda:

«لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ»
Sungguh bau mulut orang yang berpuasa menurut Alloh lebih wangi daripada minyak misik.

«إنَّ أَفْضَلَ الصِّيَامِ صِيَامُ أَخِي دَاوُد كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا»
Sesungguhnya sebaik-baiknya puasa adalah puasa saudaraku Dâwûd, ia selalu berpuasa satu hari dan tidak berpuasa pada satu hari berikutnya.

Hadîts-hadîts di atas menunjukan keutamaan puasa secara umum, sehingga puasa di bulan Rajab termasuk dalam keumuman kandungan hadits-hadits tersebut, karena tidak ada satupun riwayat yang mengecualikannya.

Sedangkan argumentasi yang menyebutkan bahwa bulan rajab adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang jahiliyyah, sehingga kaum muslimin tidak sepatutnya mengagungkan bulan tersebut, ini adalah argumentasi yang tidak dapat diterima, karena tidak semua yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah harus dijauhi, kecuali kalau ada dalil syar’iy yang melarangnya. Sebuah kebaikan tidak harus ditinggalkan hanya karena dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak baik (bâthil).

2.    Keutamaan puasa pada bulan-bulan yang dimuliakan (al-asyhur al-hurum)

Ibnu Sholâh mengatakan bahwa hadîts-hadîts yang menjelaskan keutamaan puasa khususnya pada al-asyhur al-hurum (termasuk bulan Rajab) dianggap cukup sebagai dalil kesunnahan puasa di bulan Rajab.

Diantaranya yang diriwayatkan dalam Sunan Abû Dâwûd dari Mujîbah al-Bâhiliyah dari bapaknya atau pamannya, al-Bâhiliy. Sahabat Al-Bâhiliy ini mendatangi Rosûlullôh Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam, kemudian ia pulang ke kampungnya. Satu tahun kemudian dia datang lagi menemui Rosûlullôh Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam dan keadaan fisiknya telah berubah.
Al-Bâhiliy berkata: “Ya Rasulullah, apakah Anda masih mengenal saya?”
Rosul bertanya:  “Siapa anda?”
Al-Bâhiily menjawab: “Saya Al-Bâhiliy, yang dulu pernah datang menemui Anda setahun yang lalu.”
Rosûlullôh kembali bertanya: “Apa yang terjadi dengan anda, padahal dulu anda berbadan segar?”
Al-Bâhiliy menjawab: “Saya tidak pernah makan, kecuali malam hari, sejak saya berpisah dengan Anda.”
Rosulullôh Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bertanya: “kenapa engkau menyiksa dirimu?”
Lalu Rosûlullôh Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda:
»صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ, وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ«
“Berpuasalah di bulan sabar (Ramadhan), dan puasa sehari pada setiap bulan.”
Al-Bâhiliy berkata: “tambahkanlah untukku, karena aku masih kuat”.
Rosûlllôh bersabda: “berpuasalah dua hari (pada setiap bulan)”.
Al-Bâhiliy berkata: “tambahkanlah untukku”.
Rosûlllôh bersabda: “berpuasalah tiga hari (pada setiap bulan)”.
Al-Bâhiliy berkata: “tambahkanlah untukku”.
Rosûlllôh bersabda:
»صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ, صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ, صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ «
“Berpuasalah pada sebagian bulan haram lalu jangan puasa, berpuasalah pada sebagian bulan haram lalu jangan puasa, berpuasalah pada sebagian bulan haram lalu jangan puasa.”

Ibnu Hajar al-Haytamiy mengatakan bahwa dalam riwayat lain nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda:
»صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمْ الْأَشْهُرَ الْحُرُمَ»
“Berpuasalah pada bulan sabar (Ramadhan) dan tiga hari pada selain bulan Ramadhan, dan berpuasa pada bulan-bulan haram”.

Kedua riwayat hadîts ini memuat nash perintah berpuasa pada bulan Rajab, karena Rajab termasuk bulan haram, baik pada keseluruhan bulan seperti dalam riwayat kedua, maupun pada sebagiannya seperti dalam riwayat pertama. Adapun perintah Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam kepada al-Bâhiliy untuk meninggalkan puasa, karena al-Bâhiliy pernah merasa berat melaksanakannya seperti yang terdapat dalam permulaan hadîts. Demikian penjelasan para ulama.

3.    Keutamaan puasa bulan rajab secara khusus

Hadîts riwayat al-Bayhaqiy dalam Syu’ab al-Îmân:

«انَّ فِي الْجَنَّةِ نَهْرًا يُقَالُ لَهُ رَجَبٌ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ, مَنْ صَامَ مِنْ رَجَبٍ يَوْمًا سَقَاهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ النَّهْرِ»
Sesungguhnya di surga terdapat sebuah sungai yang dinamakan “Rajab”, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada madu, barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab maka Alloh akan memberinya minum dari sungai tersebut.

Diriwayatkan dari ‘Abdullôh bin Sa’îd dari bapaknya, bahwa Rosulullôh Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda:

«مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ رَجَبٍ كَانَ كَصِيَامِ سَنَةٍ وَمَنْ صَامَ سَبْعَةَ أَيَّامٍ غُلِّقَتْ عَنْهُ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ, وَمَنْ صَامَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ فُتِحَتْ لَهُ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ, وَمَنْ صَامَ عَشَرَةَ أَيَّامٍ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ شَيْئًا إلَّا أَعْطَاهُ إيَّاهُ, وَمَنْ صَامَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا نَادَى مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ قَدْ غُفِرَ لَك مَا سَلَفَ فَاسْتَأْنِفْ الْعَمَلَ وَقَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُك حَسَنَاتٍ, وَمَنْ زَادَ زَادَهُ اللَّهُ».
Barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka (keuatamaannya) seperti puasa satu tahun; barangsiapa yang berpuasa tujuh hari, maka ditutup baginya pintu-pintu neraka jahannam; barangsiapa yang berpuasa delapan hari, maka dibuka baginya delapan pintu surga; barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka tidaklah ia memohon sesuatu kecuali Alloh akan memberinya; barangsiapa yang berpuasa lima belas hari, maka ada suara yang memanggil dari langit “dosa-dosamu yang terdahulu telah diampuni, mulailah beramal, keburukanmu telah diganti dengan kebaikan;" barangsiapa yang menambah (puasanya) maka Alloh akan menambah (keutamaannya).

Diriwayatkan dari Abû Hurayroh Rodhiyallôhu 'Anhu

«أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَمْ يَصُمْ بَعْدَ رَمَضَانَ إلَّا رَجَبَ وَشَعْبَانَ»
bahwasanya Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam tidak berpuasa setelah bulan Ramadhan kecuali pada bulan Rajab dan Sya’ban.

Hadîts-hadits di atas adalah hadîts dho’îf (lemah), bukan hadîts mawdhû’ (palsu) sebagaimana klaim dari sementara pihak. Sedangkan hadîts dho’îf, menurut kesepakatan ulama, dapat dipergunakan dalam fadhô`il al-a’mâl (keutamaan amal) seperti penetapan kesunnahan puasa Rajab.

Wallôh a’lam bish showâb.
____________________
Referensi:
Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, J. 4 h. 94-95.
Ibnu Hajar al-Haytamiy, al-Fatâwâ al-Fiqhiyyah al-Kubrô, J. 2 h. 53-55.
Ibnu Sholâh, Fatâwâ Ibni Sholâh, h. 180.

Pembentukan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (NU) Desa Nagasari



Silatur rahmi dan pembentukan Pengurus Ranting NU Desa Nagasari di Pondok Pesantren Darush Showab Babakan Ciawi yang dilaksanakan pada hari Sabtu 16 April 2016 M. / 8 Rajab 1437 H. dihadiri oleh Pengurus MWC NU Kecamatan Serang Baru.

Keagungan Bulan Rajab


Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender hijriyah. Bulan ini memiliki keistimewaan dibanding dengan bulan yang lain, diantaranya bahwa bulan rajab termasuk salah satu asyhur al-hurum, yaitu beberapa bulan yang dimuliakan. Alloh Subhanah wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ - التوبة : 36


    Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. at-Tawbah : [9] 36)

Empat bulan yang termasuk asyhur al-hurum adalah dzul qo'dah, dzul hijjah, muharam dan rajab. Penamaan empat bulan tersebut dengan asyhur al-hurum, diantaranya dikaitkan dengan keharaman perang pada bulan-bulan tersebut pada masa permulaan Islam.

Hukum haramnya berperang pada asyhur al-hurum memang sudah tidak berlaku lagi saat ini, namun kemuliaan dan keagungan empat bulan tersebut tetap terpelihara sampai hari akhir. Rosululloh Shollalloh 'Alayh wa Sallam selalu menyambut datangnya bulan rajab dengan memanjatkan do'a:

اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ

    Ya Alloh anugerahkanlah kepada kami keberkahan pada bulan rajab dan sya'ban, dan sampaikanlah kami pada bulan ramadhan.

Keagungan bulan rajab terlihat dari pahala amal kebaikan yang dilipatgandakan pada bulan mulia ini. Alloh Subhanah Wa Ta'ala menganugerahkan pahala kebaikan setiap hamba sepuluh kali lipat pada bulan-bulan yang lain, al-hasanat bi 'asyri amtsaliha. Sedangkan pada bulan rajab, setiap kebaikan dibalas tujuh puluh kali lipat, pada bulan sya'ban tujuh ratus kali lipat dan pada bulan suci romadhon seribu kali lipat. Sebagai hamba yang senantiasa mengharap ridho dan ampunan Tuhannya, seyogyanya kita memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya dan merasa rugi apabila bulan ini berlalu tanpa adanya peningkatan kebaikan.

1. menghidupkan malam hari bulan rajab khususnya malam yang pertama dengan aneka ibadah

    Diriwayatkan bahwa Nabi Shollalloh 'Alayh wa Sallam bersabda:

من أحيا أول ليلة من رجب لم يمت قلبه إذا ماتت القلوب، وصب الله الخير فوق رأسه صبا، وخرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه، ويشفع لسبعين الفا من أهل الخطايا قد استوجبوا النار

    Barangsiapa menghidupkan malam pertama bulan rajab maka ia tidak akan mati hatinya ketika hati-hati yang lain mati, Alloh akan menyiramkan kebaikan di atas kepalanya, ia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari dilahirkan oleh ibunya, dan akan dapat memberi syafa'at bagi tujuh puluh ribu ahli dosa yang seharusnya menjadi ahli neraka.

2. Melaksanakan puasa sunnah

    Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Shollalloh 'Alayh wa Sallam bersabda:

ألا إن رجب شهر الله الأصم، فمن صام منه يوما إيمانا واحتسابا استوجب عليه رضوان الله الأكبر، ومن صام يومين لا يصف الواصفون من أهل السماء والأرض ما له عند الله من الكرامة، ومن صام ثلاثة أيام عوفي من كل بلاء الدنيا وعذاب الآخرة والجنون والجذام والبرص ومن فتنة الدجال، ومن صام سبعة أيام غلقت عنه سبعة أبواب جهنم، ومن صام ثمانية أيام فتحت له ثمانية أبواب الجنة، ومن صام عشرة أيام لم يسأل من الله شيئا إلا أعطاه إياه، ومن صام خمسة عشر يوما غفر الله تعالى ذنوبه ما تقدم وبدله بسيئاته حسنات، ومن زاد زاد الله اجره

    Ingatlah, bahwa rajab adalah bulan Alloh yang tuli, barangsiapa berpuasa pada bulan tersebut satu hari karena iman dan mengharap ridho Alloh, maka ia berhak mendapat keridhoan Alloh. Barangsiapa berpuasa selama dua hari, maka penduduk langit dan bumi tidak akan mampu menggambarkan kemuliaan orang tersebut di sisi Alloh. Barangsiapa berpuasa selama tiga hari, maka ia dipelihara dari setiap bala dunia dan siksa akhirat, dipelihara dari gila, lepra, penyakit barosh, dan dipelihara dari fitnah dajjal. Barangsiapa berpuasa selama tujuh hari, maka tertutup baginya tujuh pintu neraka. Barangsiapa berpuasa selama delapan hari, maka terbuka baginya delapan pintu sorga. Barangsiapa berpuasa selama sepuluh hari, tidaklah ia memohon sesuatu melainkan Alloh akan memberikannya. Barangsiapa berpuasa selama lima belas hari, maka Alloh akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti keburukannya dengan kebaikan. Barangsiapa yang menambah maka Alloh akan menambahkan pahalanya.

    Diriwayatkan dari Tsawban bahwa ia berkata: Kami bersama dengan Nabi Shollalloh 'Alayh wa Salaam melewati sebuah pemakaman, kemudian Nabi berhenti dan menangis lalu berdo'a kepada Alloh. Aku berkata kepadanya "kenapa Engkau menangis wahai Rosululloh?" Rosul bersabda "Wahai Tsawban, mereka sedang mendapat siksa dalam kuburnya, aku berdo'a bagi mereka maka Alloh pun meringankan siksa mereka". Lalu Rosululloh Shollalloh 'Alayh wa Sallam bersabda " wahai Tsawban, seandainya mereka berpuasa satu hari pada bulan rajab dan tidak tidur pada satu malam, niscaya mereka tidak akan mendapat siksa kubur". Aku berkata "ya Rosulalloh, apakah berpuasa satu hari dan qiyamul layl satu malam pada bulan rajab dapat menghalangi siksa kubur?" Rosululloh Shollalloh 'Alayh wa Sallam bersabda "wahai Tsawban, demi Alloh yang telah mengutusku sebagai nabi dengan kebenaran, tidaklah seorang muslim laki-laki maupun perempuan berpuasa satu hari dan qiyamul layl satu malam pada bulan rajab dengan mengharap ridho Alloh, melainkan Alloh akan mencatat baginya sebagai ibadah satu tahun, siangnya ia berpuasa dan malamnya melaksanakan qiyamul layl".

3. Memperbanyak istighfar, shodaqoh dan amal kebaikan yang lain

   Baginda Nabi menyebut bulan ini dengan syahr Alloh (bulan Alloh), Beliau menjelaskan bahwa rajab mempunyai keistimewaan dari sisi taubat, pada bulan ini Alloh Subhanah wa Ta'ala telah menerima taubat para nabi beserta orang-orang yang dikasihi-Nya. Nabi Shollalloh 'Alayh wa Sallam besabda: 

أكثروا من الإستغفار في شهر رجب فإن الله تعالى في كل ساعة منه عتقاء من النار

   Perbanyaklah istighfar pada bulan rajab, sesungguhnya Alloh Ta'ala setiap saat memerdekakan manusia dari api neraka pada bulan tersebut.

Walloh a'lam bi ash-showab

Referensi:
- al-Adzkar an-Nawawiyah
- Durroh an-Nashihin
- Nuzhatul Majalis wa Muntakhob an-Nafa'is
Home