Belum Mampu Melaksanakan Ibadah Haji

Oleh: Hasan Basri Hambali

{وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ} [آل عمران: 97]
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. ‘Âli Imrôn [3] : 97)

Melaksanakan ibadah haji merupakan cita-cita setiap muslim dalam menyempurnakan rukun Islam. Namun cita-cita luhur tersebut, bagi sebagian orang terbentur dengan keadaan ekonomi yang belum memungkinkan.

Memang ibadah haji hanya diwajibkan bagi orang yang sudah mampu (istithô’`h), tetapi bercita-cita untuk dapat melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut tentunya menjadi keinginan agung yang dapat memotivasi seorang muslim berusaha mencari bekal yang cukup, dan motivasi tersebut akan menambah nilai kebaikan usaha yang ia lakukan.

Keinginan yang Kuat

Imam ‘Abdullôh bin ‘Alawiy al-Haddad Rohimahullôh menjelaskan, bahwa orang yang mempunyai keinginan kuat (al-‘azm) untuk melakukan suatu kebaikan yang belum mampu ia lakukan pada saat itu, maka ia telah memperoleh pahala sebagaimana orang yang sudah melaksanakannya. Dengan demikian, bagi yang belum mampu melaksanakan ibadah haji, hendaknya memeiliki keinginan kuat dan bercita-cita jika ia telah memiliki kemampuan akan melaksanakan ibadah yang mulia itu. Keinginan tersebut akan diuji kebenarannya pada saat ia memiliki kemampuan, jika ia melaksanakan cita-citanya tersebut, maka ‘azm-nya pada saat belum mampu itu benar, sedangkan jika tidak dilaksanakan, maka keinginannya itu hanya angan-angan, bukan cita-cita.

Tasbîh, Tahmîd dan Takbîr

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ الفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ العُلاَ، وَالنَّعِيمِ المُقِيمِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا، وَيَعْتَمِرُونَ، وَيُجَاهِدُونَ، وَيَتَصَدَّقُونَ، قَالَ: «أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ إِنْ أَخَذْتُمْ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ»
Diriwayatkan dari Abû Hurayroh Rodhiyallôhu ‘anhu berkata, Pernah datang para fuqara kepada Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam seraya berkata, Orang-orang kaya, dengan harta benda mereka itu, mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, juga kenikmatan yang abadi. Karena mereka melaksanakan sholat seperti juga kami melaksanakan sholat. Mereka berpuasa sebagaimana kami juga berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan disebabkan harta mereka, sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan harta tersebut, juga dapat melaksnakan 'umrôh bahkan dapat berjihad dan bersedekah. Maka beliau pun bersabda: “Maukah aku sampaikan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian ambil (sebagai amal ibadah) kalian akan dapat melampaui (derajat) orang-orang yang sudah mengalahkan kalian tersebut, dan tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian dengan amal ini sehingga kalian menjadi yang terbaik di antara kalian dan di tengah-tengah mereka kecuali bila ada orang yang mengerjakan seperti yang kalian amalkan ini. Yaitu kalian membaca tasbîh (Subhânallôh), membaca tahmîd (Alhamdulillâh) dan membaca takbîr (Allôhu Akbar) setiap selesai dari shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”  (HR. al-Bukhôriy)
.
Sholat Shubuh Berjama’ah, Berdzikir, dan Melaksanakan Sholat Isyrôq

Diriwayatkan dari Anas Rodhiyallôhu ‘anhu ia berkata, Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

 مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang sholat shubuh berjama’ah, lalu dia duduk untuk berdzikir kepada Alloh hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka dia seperti mendapatkan pahala haji dan umroh.” Anas berkata: Rasululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. at-Tirmidziy)

Melaksanakan Sholat Jum’ah

Sa’îd bin Musayyab berkata, “Melaksanakan sholat jum’ah lebih aku sukai daripada melaksanakan ibadah haji sunnah.” 

Dalam hadits dho’îf yang dikutip oleh Ibnu Rojab al-Hambaliy dalam Kitab Lathô`if al-Ma’ârif, Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

الجمعة حج المساكين
Sholat Jum’ah adalah ibadah hajinya orang-orang miskin.

Diriwayatkan bahwa Maysaroh bin Khunays melewati suatu pemakaman kemudian ia mengucapkan salam kepada ahli kubur dan berdo'a untuk mereka,

السلام عليكم يا أهل القبور أنتم لنا سلف ونحن لكم خلف، فرحم الله إيانا وإياكم، وغفر لنا ولكم، وبارك الله لنا ولكم في القدوم إليه إذا صرنا إلى ما صرتم إليه

Semoga kalian senantiasa ada dalam keselamatan wahai ahli kubur, kalian mendahului kami dan kami akan menyusul kalian, semoga Alloh memberikan rahmat kepada kami dan kalian, mengampuni kami dan kalian, semoga Alloh memberi keberkahan kepada kami dan kalian pada saat datang kepada Alloh, ketika kami sampai kepada keadaan seperti kalian.

Kemudian Alloh mengembalikan salah satu ruh ahli kubur tersebut ke dalam jasadnya, lalu ia menjawab dengan bahasa yang fasih "kalian berada dalam keuntungan wahai ahli dunia, kalian empat kali melaksanakan ibadah haji pada setiap bulan". Maysaroh bertanya "kemana kami melaksanakan ibadah haji empat kali setiap bulan?, semoga Alloh merahmati kalian". Salah seorang ahli kubur tadi menjawab "sholat jum'at, tidakkah kalian tahu bahwa sholat jum'at adalah ibadah haji yang mabrur dan diterima oleh Alloh SWT". Lalu Maysaroh bertanya lagi "beritahu kami apa yang harus didawamkan (dibiasakan pada hari jum'at)?, semoga Alloh merahmati kalian". Ahli kubur tadi menjawab "wahai Ahli dunia, istighfar sangat bermanfaat pada hari akhirat" Kemudian Maysaroh bertanya "mengapa kalian tidak menjawab salamku?" Ahli kubur tadi menjawab "salam adalah kebaikan, sedangkan kami tidak dapat melakukan kebaikan, kebaikan kami tidak dapat bertambah, keburukan kami juga tidak akan berkurang, kami ridho kepada kalian wahai ahli kubur dengan ucapan kalian mendo'akan rahmat bagi seseorang yang telah meninggal".

Sholat Berjama’ah dan Sholat Dhuha

Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

من تطهر في بيته ثم خرج إلى المسجد لأداء صلاة مكتوبة فأجره مثل أجر الحاج المحرم ومن خرج لصلاة الضحى كان له مثل أجر المعتمر
“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian keluar menuju masjid untuk melaksanakan sholat fardhu, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan ibadah haji. barangsiapa keluar untuk melaksanakan sholat dhuha, maka ia mendapatkan seumpama pahala orang yang melaksanakan ‘umroh.”  (HR. Abû Dâwud)

Berbuat Baik kepada Ibu

Diriwayatkan bahwa Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam memberi wasiat kepada seseorang untuk berbuat baik kepada ibunya, Beliau bersabda: “Engkau adalah orang yang melaksanakan haji, umroh, dan jihad.” Yakni, jika ia berbuat baik kepada ibunya.

Melaksanakan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha

Sebagian sahabat berkata, “Keluar rumah untuk melaksanakan sholat ‘îd pada hari fitri mengimbangi ibadah ‘umroh, dan pada hari adha mengimbangi ibadah haji.”

Memenuhi Kebutuhan Sesama Muslim

Imam al-Hasan berkata, “upayamu memenuhi kebutuhan saudaramu yang beragama Islam lebih baik daripada ibadah haji setelah ibadah haji.”

Sholat ‘Isya dan Shubuh Berjama’ah

‘Uqbah bin ‘Abdul Ghôfir berkata, “Sholat ‘isya berjama’ah mengimbangi ibadah haji, dan sholat shubuh berjama’ah mengimbangi ibadah ‘umroh.”

Wallôhu a’lamu bish showâb
ــــــــــــــــــــــــــــــــ
Referensi:
1. Shohîh al-Bukhôriy
2. Sunan at-Tirmidziy
3. al-Mawâ’izh al-‘Ushfûriyyah
3. Lathô`if al-Ma’ârif
4. Risâlah al-Mu’âwanah

Keutamaan Ibadah Haji

Oleh: Hasan Basri Hambali

{وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ} [آل عمران: 97]
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. ‘Âli Imrôn [3] : 97)

Balasan Surga dan Ampunan dari Alloh Subhânahu wa ta’âlâ

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ»
Diriwayatkan dari Abû Hurayroh Rodhiyallôhu ‘anhu, bahwa Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “’Umroh ke umroh berikutnya adalah kaffaroh dosa diantara keduanya, dan haji mabrûr tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. al-Bukhôriy)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْحَاجِّ، وَلِمَنِ اسْتَغْفَرَ لَهُ الْحَاجُّ "
Dari Abû Hurayroh Rodhiyallôhu ‘anhu ia berkata, Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Ya Alloh, ampunilah orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang yang dimintakan ampunan oleh orang yang berhaji.” (HR. al-Bayhaqiy)

Imam an-Nasafiy Rohimahullôh menceritakan, bahwa beberapa orang sholih melaksanakan ibadah haji, ketika mereka telah pulang dari ‘arfah, mereka teringat akan barang bawaan yang tertinggal di ‘arfah, mereka pun kembali ke tanah ‘arfah. Di sana mereka menemukan beberapa ekor kera dan babi, mereka pun kaget melihatnya, kera dan babi itu berkata, “sesungguhnya kami adalah dosa orang-orang yang berhaji, mereka meninggalkan kami di sini, mereka pulang dalam keadaan suci.” Orang-orang sholih itu pun mengambil barang bawaan yang ketinggalan, dan mereka pulang dari ‘arfah dengan penuh perasaan heran.

Ijabah Do’a

Diriwayatkan bahwa Baginda Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إذا خرج الحاج من منزله خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه وله بكل خطوة عبادة سبعين سنة حتى يرجع إلى منزله فإذا رجع فاغتنموا دعاءه فإن دعاءه مستجاب
Apabila seseorang yang sedang beribadah haji keluar dari rumahnya, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya, setiap langkahnya adalah ibadah tujuh puluh tahun hingga ia kembali ke rumahnya. Jika ia kembali ambilah keuntungan dengan do’anya, sungguh do’anya diijabah.

Imam al-Ghozâliy Rohimahullôh meriwayatkan, bahwa kebiasaan generasi salaf Rodhiyallôhu ‘anhum ajma’în selalu mengiringi keberangkatan orang-orang yang akan pergi berperang di jalan Alloh dan menyambut kedatangan orang yang pulang dari melaksanakan ibadah haji, mereka menyegerakan memohon do’a sebelum haji tersebut melaksanakan dosa.

Ibadah haji menyerupai berbagai ibadah

Ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, hal ini menunjukkan kesempurnaan yang terdapat dalam ibadah tersebut, yaitu menyerupai beberapa bentuk ibadah di luar haji. Ihrôm dalam haji seperti takbiroh al-ihrôm dalam sholat, dzikir dalam thowâf dan wukuuf seperti dzikir dalam sholat, sa’yî dan thowâf seperti rukû’ dan berdiri dalam sholat, melempar jamarôt seperti jihad, wuqûf di ‘Arofah dan masy’ar al-harôm seperti i’tikâf, dan nafkah yang dikeluarkan dalam ibadah haji seperti ibadah zakat. Barangsiapa melaksanakan ibadah haji, seakan-akan ia telah melaksanakan ibadah-ibadah tersebut.

Mendapatkan pahala berlipat ganda

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbâs Rodhiyallôhu ‘anhu, bahwa Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

صلاة في مسجد المدينة بعشرة آلاف صلاة، وصلاة في المسجد الأقصى بألف صلاة، وصلاة في المسجد الحرام بمائة ألف صلاة
Sholat di Masjid Madinah setara dengan sepuluh ribu sholat (di masjid lain). Sholat di Masjid al-Aqshô setara dengan seribu sholat, dan sholat di Masjid al-Harôm setara dengan sertus ribu sholat.

Adapun selain ketiga tempat ini mempunyai martabat yang sama satu dengan yang lainnya. Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا والمسجد الأقصى
Tidak boleh melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjid al-Harôm, masjidku ini (Masjid Nabawiy Madinah), dan Masjid al-Aqshô.”  (Muttafaqq ‘alayh)

Imam al-Ghozâliy Rohimahullôh menjelaskan, bahwa sebagian kalangan memandang hadits ini sebagai larangan melakukan perjalanan menuju tempat-tempat syuhadâ`, menziarahi kubur para ulama dan shôlihîn. Hal ini adalah sebuah kekeliruan yang nyata, karena secara jelas (shorîh), yang disebutkan oleh Baginda Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam adalah al-masâjid (masjid-masjid) bukan al-masyâhid (tempat-tempat syuhadâ`). Di setiap daerah terdapat masjid yang derajatnya sama di sisi Alloh Subhânahu wa ta’âlâ dengan masjid di daerah yang lain, oleh karena itu, tidak ada gunanya mengunjungi masjid di tempat lain. Adapun berziarah ke masyâhid, kubur para ulama dan shôlihîn termasuk dalam keumuman perintah Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam untuk melakukan ziarah, Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها (رواه مسلم)
Dulu Aku melarang kalian berziarah kubur, maka berziarahlah ke kubur-kubur itu. (HR. Muslim)

Keutamaan kubur berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan kadar derajat orang yang kuburnya diziarahi di sisi Alloh Subhânahu wa ta’âlâ. Apabila menziarahi kubur para nabi 'Alayhimus sholâtu was salâm adalah perbuatan yang diperbolehkan dan dianjurkan, maka menziarahi kubur para awliyâ`, ulama, dan shôlihîn pun mempunyai hukum yang sama. Melakukan perjalanan ke kubur mereka merupakan suatu kebolehan, sebagaimana kebolehan mengunjungi mereka saat masih hidup.

Wallôhu a’lamu bish showâb
ــــــــــــــــــــــــــــــــ
Referensi:
1. Shohîh al-Bukhôriy
2. Shohîh Muslim
3. Ihyâ` ‘Ulûm ad-Dîn
4. Nuzhah al-Majâlis wa Muntakhob an-Nafâ`is

Maulid Barzanji: (3) Berita Kelahiran Nabi SAW

Oleh: Hasan Basri Hambali

وَلَمَّا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى إِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّة *
Ketika Alloh Yang Maha Suci berkehendak mengeluarkan hakikat Muhammad (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam).

وَإِظْهَارَهُ جِسْمًا وَرُوْحًا بِصُوْرَتِهِ وَمَعْنَاه *
Melahirkannya secara jism dan ruh dengan bentuk fisik dan maknanya (sifat-sifat batin).

نَقَلَهُ إِلَى مَقَرِّهِ مِنْ صَدَفَةِ آمِنَةَ الزُّهْرِيَّة *
Alloh memindahkan cahaya kenabian (dari ‘Abdullôh) ke rahim Âminah az-Zuhriyyah.

وَخَصَّهَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ بِأَنْ تَكُوْنَ أُمًّا لِمُصْطَفَاه *
Alloh Yang Maha Dekat Yang Maha Memenuhi Do’a memilih Âminah untuk menjadi Ibu bagi makhluk terpilih (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam).

وَنُوْدِيَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بِحَمْلِهَا لِأَنْوَارِهِ الذَّاتِيَّة *
Di langit dan di bumi diserukan, bahwa Âminah mengandung cahaya (Muhammad Shollallôhu ‘alayhi wa sallam).

وَصَبَا كُلُّ صَبٍّ لِهُبُوْبِ نَسِيْمِ صِبَاه *
Setiap yang rindu merindukan bertiupnya angin.
[bertiupnya angin: maksudnya berita tentang kelahiran Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam yang akan membawa kegembiraan].

وَكُسِيَتِ الْأَرْضُ بَعْدَ طُوْلِ جَدْبِهَا مِنَ النَّبَاتِ حُلَلًا سُنْدُسِيَّة *
Setelah lama kekeringan, bumi pun dikenakan pakaian-pakaian dari sutra berupa pepohonan.

وَأَيْنَعَتِ الثِّمَارُ وَأَدْنَى الشَّجَرُ لِلْجَانِيْ جَنَاه *
Buah-buahan pun matang, pepohonan pun mendekati orang yang akan memetiknya.

وَنَطَقَتْ بِحَمْلِهِ كُلُّ دَابَّةٍ بِفِصَاحِ الْأَلْسُنِ الْعَرَبِيَّة *
Setiap hewan milik suku Quraysy berbicara tentang kelahirannya (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam) dengan bahasa Arab yang fasih.

وَخَرَّتِ الْأَسِرَّةُ وَالْأَصْنَامُ عَلَى الْوُجُوْهِ وَالْأَفْوَاه *
Singgasana raja dan berhala-berhala pun tersungkur ke wajah dan mulut mereka.

وَتَبَاشَرَتْ وُحُوْشُ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ وَدَوَابُّهَا الْبَحْرِيَّة *
Hewan-hewan di timur dan di barat, dan binatang-binatang laut saling memberi kabar gembira.

وَاحْتَسَتِ الْعَوَالِمُ مِنَ الشُرُوْرِ كَأْسَ حُمَيَّاه *
Makhluk-makhluk Alloh meminum arak kebahagiaan.
[Maksudnya: makhluk-makhluk Alloh merasa gembira dan bahagia dengan berita kehadiran Baginda Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam].

وَبُشِّرَتِ الْجِنُّ بِإِظْلَالِ زَمَنِهِ وَانْتَهَكَتِ الْكَهَانَةُ وَرَهِبَتِ الرُّهْبَانِيَّة *
Jin diberi kabar gembira perihal telah dekatnya waktu kelahiran (Baginda Rosululloh Shollallôhu ‘alayhi wa sallam), perdukunan pun batal, dan kerahiban pun menjadi samar.

وَلَهِجَ بِخَبَرِهِ كُلُّ حِبْرٍ خَبِيْرٍ وَفِيْ حُلَا حُسْنِهِ تَاه *
Setiap orang pandai yang menguasai kitab-kitab samawi terdahulu banyak membicarakan berita tentang Nabi (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam), mereka bingung dengan sifat-sifat Nabi (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam) yang indah.

وَاُتِيَتْ أُمُّهُ فِي الْمَنَامِ فَقِيْلَ لَهَا إِنَّكِ قَدْ حَمَلْتِ بِسَيِّدِ الْعَالَمِيْنَ وَخَيْرِ الْبَرِيَّة *
Ibunda Nabi (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam) didatangi oleh seseorang pada saat ia tidur, dikatakan padanya, bahwa engkau sedang mengandung Baginda seluruh alam dan sebaik-baiknya makhluk.

فَسَمِّيْهِ إِذَا وَضَعْتِهِ مُحَمَّدًا لِأَنَّهُ سَتُحْمَدُ عُقْبَاه *
Jika engkau melahirkannya, berilah ia nama Muhammad, karena nanti ia akan menjadi pribadi terpuji.

[عَطِّرِ اللَّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْم، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْم]
[Wahai Alloh, harumkanlah kuburnya yang mulia, dengan wangi-wangian berupa sholawat dan salam.]
ــــــــــــــــــــــــــــــــ
  • Terjemah Kitab al-Burûd (Maulid Imam al-Barzanjiy).
  • Tambahan penjelasan makna dari Kitab Madârij ash-Shu’ûd Ilâ Iktisâ` al-Burûd karya Syaykh Muhammad Nawawiy al-Bantaniy.

Maulid Barzanji: (2) Nasab Baginda Nabi Muhammad SAW

Oleh: Hasan Basri Hambali

وَبَعْدُ فَأَقُوْلُ هُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُهُ شَيْبَةُ الْحَمْدِ حَمِدَتْ خِصَالُهُ السَّنِيَّة *
Setelah itu, aku berkata bahwa Baginda adalah Muhammad putera Abdullôh, putera 'Abdul Muththolib, namanya adalah Syaybah al-Hamd, (ia memiliki) hal-hal luhur yang terpuji.

اِبْنِ هَاشِمٍ وَاسْمُهُ عَمْرُو بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ وَاسْمُهُ الْمُغِيْرَةُ الَّذِيْ يُنْتَمَى الْإِرْتِقَاءُ لِعُلْيَاه *
Putera Hâsyim, namanya adalah 'Amr, putera 'Abdu Manâf, namanya adalah al-Mughîroh, yang dinisbatkan pada keluhurannya.
[al-Mughîroh adalah kakek ketiga bagi Baginda Nabi Muhammad Shollallôhu ‘alayhi wa sallam, kakek keempat bagi Sayyidina ‘Utsmân Rodhiyallôhu ‘anhu, dan kakek kesembilan bagi Imam Syâfi’iy Rohimahullôh]


اِبْنِ قُصَيٍّ وَاسْمُهُ مُجَمِّعٌ سُمِّيَ بِقُصَيٍّ لِتَقَاصِيْهِ فِيْ بِلَادِ قُضَاعَةَ الْقَصِيَّة *
Putera Qushoy, namanya adalah Mujammi', dinamai Qushoy karena ia berada jauh dari keluarganya di daerah Qudhô’ah yang jauh (dari Mekkah).

إِلَى أَنْ أَعَادَهُ اللهُ تَعَالَى إِلَى الْحَرَمِ الْمُحْتَرَمِ فَحَمَى حِمَاه *
Hingga ia (Qushoy) dikembalikan oleh Alloh Yang Maha Suci ke tanah harom (Mekkah) yang mulia, Alloh memelihara tanah harom (Mekkah).

اِبْنِ كِلَابٍ وَاسْمُهُ حَكِيْمُ بْنِ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبِ بْنِ فِهْرٍ وَاسْمُهُ قُرَيْشٌ وَإِلَيْهِ تُنْسَبُ الْبُطُوْنُ الْقُرَشِيَّة *
Putera Kilâb, namanya adalah Hakîm, putera Murroh, putera Ka’b, putera Lu`ayy, putera Ghôlib, putera Fihr, namanya adalah Quraysy, kepadanya (Quraysy) golongan Quraysy dinisbatkan.

وَمَا فَوْقَهُ كِنَانِيٌّ كَمَا جَنَحَ إِلَيْهِ الْكَثِيْرُ وَارْتَضَاه *
Di atas Fihr adalah bangsa Kinânah, sebagaimana kebanyakan ulama condong dan ridho.

اِبْنِ مَالِكِ بْنِ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ مُدْرِكَةَ بْنِ إِلْيَاسَ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ أَهْدَى الْبُدْنَ إِلَى الرِّحَابِ الْحَرَمِيَّة *
Putera Mâlik, putera an-Nadhr, putera Kinânah, putera Khuzaymah, putera Mudrikah, putera Ilyâs, dia (Ilyâs) adalah manusia pertama yang menyembelih unta untuk daerah tanah harom.
[tanah harom: maksudnya adalah baytullôh al-Harôm]

وَسُمِعَ فِيْ صُلْبِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى وَلَبَّاه *
Terdengar pada tulang punggungnya (Ilyâs): Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam berdzikir dan bertalbiyah kepada Alloh Yang Maha Luhur.

اِبْنِ مُضَرَ بْنِ نِزَارِ بْنِ مَعَدِّ بْنِ عَدْنَانَ وَهَذَا سِلْكٌ نَظَّمَتْ فَرَائِدَهُ بَنَانُ السُّنَّةِ السَّنِيَّة *
Putera Mudhor, putera Nizâr, putera Ma’add, putera ‘Adnân, (nasab) ini adalah kalung yang mutiaranya disusun oleh ujung jari hadits-hadits yang luhur.
[hadits-hadits yang luhur: maksudnya hadits-hadits shohîh]

وَرَفْعُهُ إِلَى الْخَلِيْلِ إِبْرَاهِيْمَ أَمْسَكَ عَنْهُ الشَّارِعُ وَأَبَاه *
Meneruskan nasab sampai kepada al-kholîl (kekasih Alloh) Ibrôhîm itu dilarang dan tidak disukai oleh pembuat hukum (Syâri’).
[Pembuat hukum (Syâri’): maksudnya adalah Baginda Nabi Muhammad Shollallôhu ‘alayhi wa sallam, Beliau adalah Syâri’ majâziy, dan Alloh Subhânahu wa ta’âlâ adalah Syâri’ haqiqiy]

وَعَدْنَانُ بِلَا رَيْبٍ عِنْدَ ذَوِي الْعُلُوْمِ النَّسَبِيَّة *
‘Adnân, tidak ada keraguan menurut para ulama yang menguasai ilmu-ilmu nasab,

إِلَى الذَّبِيْحِ إِسْمَاعِيْلَ نِسْبَتُهُ وَمُنْتَمَاه *
nasab-nya sampai kepada adz-Dzabîh (yang pernah akan disembelih), yaitu Ismâ’il ('Alayhis salâm).

فَأَعْظِمْ بِهِ مِنْ عِقْدٍ تَأَلَّقَتْ كَوَاكِبُهُ الدُّرِّيَّة *
Betapa agungnya nasab ini, laksana kalung mutiara yang bersinar seperti bintang yang menerangi.

وَكَيْفَ لَا وَالسَّيِّدُ الْأَكْرَمُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسِطَتُهُ الْمُنْتَقَاه *
Bagaimana tidak, Baginda yang paling mulia Shollallôhu ‘alayhi wa sallam, terpilih sebagai mutiara terindah yang berada di tengah-tengah kalung tersebut.

نَسَبٌ تَحْسِبُ الْعُلَى بِحُلَاهُ *** قَلَّدَتْهَا نُجُوْمَهَا الْجَوْزَاءُ
[Makna bait ini: Nasab baginda Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam sampai kepada ‘Adnân, dipandang telah mencapai keluhuran, seperti bintang-bintang yang bersinar dan memberi petunjuk dengan sinarnya].

حَبَّذَا عِقْدُ سُوْدَدٍ وَفَخَارٍ *** أَنْتَ فِيْهِ الْيَتِيْمَةُ الْعَصْمَاءُ
[Makna bait ini: Aku memuji nasab Baginda Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam yang tersusun dari untaian mutiara, yang mengalahkan nasab-nasab lain dalam keluhuran yang sempurna].

وَأَكْرِمْ بِهِ مِنْ نَسَبٍ طَهَّرَهُ اللهُ تَعَالَى مِنْ سِفَاحِ الْجَاهِلِيَّة *
Betapa mulia nasab ini, nasab yang disucikan oleh Alloh Yang Maha Luhur dari perzinaan jâhiliyyah.

أَوْرَدَ الزَّيْنُ الْعِرَاقِيُّ وَارِدَهُ فِيْ مَوْرِدِهِ الْهَنِيِّ وَرَوَاه *
Zayn al-‘Irôqiy menyebutkan adanya hadits tentang nasab ini pada kitab karangannya yang indah, dan ia mengutip hadits tersebut (dari ulama yang lain).
[Zayn al-‘Irôqiy: adalah Zaynuddîn al-‘Irôqiy penulis Kitab Alfiyyah an-Nasab]

حَفِظَ الْإِلهُ كَرَامَةً لِمُحَمَّدٍ *** آبَاءَهُ الْأَمْجَادَ صَوْنًا لِاسْمِهِ
Alloh memelihara nenek moyang Nabi (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam) yang mulia, karena memuliakan Muhammad (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam), dan karena memelihara nama Nabi (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam).

تَرَكُوا السِّفَاحَ فَلَمْ يُصِبْهُمْ عَارُهُ *** مِنْ آدَمٍ وَإِلَى أَبِيْهِ وَأُمِّهِ
Mereka tidak melakukan zina, mereka tidak dikenai kenistaan zina, dari Âdam ('Alayhis salâm) sampai kepada ayah dan ibunya Nabi (Shollallôhu ‘alayhi wa sallam).

سَرَاةٌ سَرَى نُوْرُ النُّبُوَّةِ فِيْ أَسَارِيْرِ غُرَرِهِمُ الْبَهِيَّة *
(Mereka adalah) pemimpin mulia, cahaya kenabian berjalan pada garis-garis dahi mereka yang indah.

وَبَدَرَ بَدْرُهُ فِيْ جَبِيْنِ جَدِّهِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَابْنِهِ عَبْدِ الله *
Cahaya (Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam) laksana bulan purnama, nampak jelas pada dahi kakeknya yaitu ‘Abdul Muththolib, dan puteranya yaitu ‘Abdullôh.

[عَطِّرِ اللَّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْم، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْم]
[Wahai Alloh, harumkanlah kuburnya yang mulia, dengan wangi-wangian berupa sholawat dan salam.]
ــــــــــــــــــــــــــــــــ
  • Terjemah Kitab al-Burûd (Maulid Imam al-Barzanjiy).
  • Tambahan penjelasan makna dari Kitab Madârij ash-Shu’ûd Ilâ Iktisâ` al-Burûd karya Syaykh Muhammad Nawawiy al-Bantaniy.

Maulid Barzanji: (1) Muqoddimah

Oleh: Hasan Basri Hambali


{اَلْجَنَّةُ وَنَعِيمُهَا سَعْدٌ لِمَنْ يُصَلِّي وَيُسَلِّمُ وَيُبَارِكُ عَلَيْه}
{Surga dan kenikmatannya adalah kebahagiaan bagi orang yang menyanjungkan sholawat, salam dan keberkahan baginya (Baginda Muhammad Shollallôhu ‘alayhi wa sallam)}.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dalam nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

أَبْتَدِئُ الْإِمْلَاءَ بِاسْمِ الذَّاتِ الْعَلِيَّة *
Aku mulai penyampaian (kitab maulid ini) dengan menyebut Dzat Yang Maha Luhur.

مُسْتَدِرًّا فَيْضَ الْبَرَكَاتِ عَلَى مَا أَنَالَهُ وَأَوْلَاه *
Dengan mengharap limpahan kucuran berkah atas karunia dan nikmat-Nya padaku.


وَأُثَنِّيْ بِحَمْدٍ مَوَارِدُهُ سَائِغَةٌ هَنِيَّة *
Kedua, aku mulai dengan pujian. Sumber-sumber pujian itu mudah tanpa ada kepayahan.

مُمْتَطِيًا مِنَ الشُّكْرِ الْجَمِيْلِ مَطَايَاه *
(Aku memuji) dengan menunggangi unta-unta syukur yang indah.
[Maknanya: aku memuji kepada Alloh Subhânahu wa ta’âlâ dengan bersyukur kepada-Nya]

وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَالْأَوَّلِيَّة *
Aku memohonkan rohmat dan kehormatan bagi (pemilik) cahaya yang memiliki sifat terdahulu dan awal.

الْمُنْتَقِلِ فِي الْغُرَرِ الْكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاه *
Yang berpindah-pindah pada wajah dan dahi yang mulia.

وَأَسْتَمْنِحُ اللهَ تَعَالَى رِضْوَانًا يَخُصُّ الْعِتْرَةَ الطَّاهِرَةَ النَّبَوِيَّة *
Aku memohon pemberian Alloh Yang Maha Luhur berupa keridhoan yang dikhusukan untuk ahlul bayt Nabi yang suci.

وَيَعُمُّ الصَّحَابَةَ وَالْأَتْبَاعَ وَمَنْ وَالَاه *
Dan melimpahkan (keridhoan) kepada para sahabat Nabi, para pengikut (tâbi’în), dan orang-orang yang memuliakan dan mencintai Nabi.

وَأَسْتَجْدِيْهِ هِدَايَةً لِسُلُوْكِ السُّبُلِ الْوَاضِحَةِ الْجَلِيَّة *
Aku memohon pemberian-Nya berupa petunjuk untuk menempuh jalan-jalan (hukum-hukum syari’at) yang jelas dan tidak ada kesamaran.

وَحِفْظًا مِنَ الْغَوَايَةِ فِيْ خِطَطِ الْخَطَأِ وَخُطَاه *
Aku memohon pemeliharaan dari kesesatan dalam tempat-tempat dan langkah-langkah salah.

وَأَنْشُرُ مِنْ قِصَّةِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ بُرُوْدًا حِسَانًا عَبْقَرِيَّة *
Aku menyebarkan kisah maulid Nabi Mulia sebagai pakaian yang baik dan sempurna.

نَاظِمًا مِنَ النَّسَبِ الشَّرِيْفِ عِقْدًا تُحَلَّى الْمَسَامِعُ بِحُلَاه *
Dengan menghimpun nasab mulia sebagai mutiara yang dihiasi oleh hiasan-hiasan bagi para pendengar (yang hadir di majelis maulid).

وَأَسْتَعِيْنُ بِحَوْلِ اللهِ تَعَالَى وَقُوَّتِهِ الْقَوِيَّة *
Aku memohon pertolongan dengan kekuasaan Alloh Yang Maha Luhur dan kekuatan-Nya yang sempurna.

فَإِنَّهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالله *
Karena sesungguhnya tidak ada daya upaya (untuk menghindari maksiat) dan tidak ada kekuatan (untuk melakukan ketaatan) kecuali dengan (pemeliharaan dan pertolongan) Alloh.

[عَطِّرِ اللَّهُمَّ قَبْرَهُ الْكَرِيْم، بِعَرْفٍ شَذِيٍّ مِنْ صَلَاةٍ وَتَسْلِيْم]
Wahai Alloh, harumkanlah kuburnya yang mulia, dengan wangi-wangian berupa sholawat dan salam.
ــــــــــــــــــــــــــــــــ
  • Terjemah Kitab al-Burûd (Maulid Imam al-Barzanjiy).
  • Tambahan penjelasan makna dari Kitab Madârij ash-Shu’ûd Ilâ Iktisâ` al-Burûd karya Syaykh Muhammad Nawawiy al-Bantaniy.

Dzikir pada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah

Oleh: Hasan Basri Hambali 

Alloh Subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ (الحج: 28)
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan. (QS. al-Hajj [22] : 28)

Ibnu 'Abbâs, asy-Syâfi'iy dan mayoritas (jumhur) ulama mengatakan, bahwa maksud "ayyâm ma'lûmât" adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzhul Hijjah.


Imam an-Nawawiy Rohimahullôh berkata: Disunnatkan memperbanyak dzikir pada sepuluh hari pertama di bulan dzul Hijjah lebih dari hari-hari yang lainnya, dan pada hari 'arfah lebih disunnatkan dari sembilan hari yang lainnya.

Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbâs Rodhiyallôhu ‘anhuma, dari Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam bahwa ia bersabda:

ما العَمَلُ في أيَّامٍ أفْضَل مِنْها في هَذِهِ
Tidak ada amal yang lebih utama daripada pada hari-hari ini. (HR. Bukhôriy)

Diriwayatkan dari 'Amr bin Syu'ayb, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Shollallôhu ‘alayhi wa sallam, ia bersabda:

خَيْرُ الدُّعاءِ دعاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ ما قُلْتُ أنا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وحده لا شَريكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ على كُلّ شئ قَدِيرٌ
Sebaik-baiknya do'a adalah do'a pada hari 'arfah, dan sebaik-baiknya yang aku ucapkan dan nabi-nabi sebelum aku adalah "tidak ada Tuhan selain Alloh, Dia Maha Esa, Tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala puji, Dia berkuasa atas segala sesuatu." (HR. at-Tirmidziy)

Diriwayatkan bahwa Sâlim bin 'Abdullôh bin 'Umar Rodhiyallôhu ‘anhum melihat seseorang peminta-minta meminta pada manusia pada hari 'arfah, Sâlim berkata, "Wahai orang lemah, pada hari ini engkau meminta kepada selain Alloh 'Azza wa jalla?"

Imam Bukhôriy Rohimahullôh berkata: Ibnu 'Umar dan Abû  Hurayroh Rodhiyallôhu ‘anhuma keluar menuju pasar pada hari sepuluh sambil bertakbir, manusia pun bertakbir dengan takbir keduanya.
ــــــــــــــــــــــــــــــــ
Referensi: al-Adzkâr halaman 173-174.
Home