Cinta Kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam (Bagian 2)


Pada tulisan sebelumnya, disebutkan bahwa memperingati Maulid Nabi merupakan ungkapan rasa syukur kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan menunjukan kecintaan kita kepada Baginda Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam. Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam bersabda:

الْمَرْأُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

"Seseorang akan berkumpul bersama orang yang dicintainya".
(Musnad ath-Thoyalasi hal. 160)

Orang yang cinta kepada Rosululloh Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam maka ia akan berkumpul di surga bersama-sama dengan Beliau Shollallohu 'Alaihi Wasallam. Subhanalloh walhamdulillah, wa la ilaha illalloh, wallohu akbar, wa la haula wa la quwwata illa billah al-'aliyyil 'azhim. Semoga kita termasuk golongan orang yang mencintai Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam amin.

Pada tulisan ini, saya mencoba untuk memberikan gambaran benarkah kita mencintai Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam sehingga berhak memperoleh anugerah berkumpul bersamanya, dan seberapa besarkah cinta kita kepada Beliau Shollallohu 'Alaihi Wasallam.

Al-Qodhi 'Iyadh rohimahulloh dalam kitab asy-Syifa bi Ta'rif Huquq al-Mushthofa (Juz 2 hal. 24-28) menjelaskan beberapa tanda orang yang mencintai Rasul Shollallohu 'Alaihi Wasallam.

1. mengikuti dan mengamalkan sunnahnya
2. sering menyebut namanya
3. merindukan perjumpaan dengannya
4. mengagungkan (ta'zhim) ketika mendengar namanya
5. mencintai (karena Alloh) orang yang dicintainya
6. membenci (karena Alloh) orang yang dibencinya
7. mencintai al-Qur'an
8. menyayangi umatnya
9. zuhud terhadap dunia

Semakin banyak tanda cinta pada diri seseorang, menunjukkan semakin besar cintanya kepada Baginda Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam.

Syaikh 'Abdulloh bin 'Alawi al-Haddad rohimahulloh ditanya mengenai kandungan hadits (المرأ مع من أحب), beliau menjawab bahwa orang yang mencintai harus berupaya menyesuaikan diri dengan orang yang dicintainya, baik dalam segi tauhid, memelihara kewajiban, menjauhi larangan dan melaksanakan kebaikan-kebaikan sesuai dengan kadar kemampuannya. Itulah makna cinta yang sesungguhnya. Selanjutnya beliau mengutip perkataan Imam Hasan al-Bashri rohimahulloh "janganlah kalian terlena dengan hadits (المرأ مع من أحب), sedangkan kalian lalai, tertipu dan meninggalkan kebajikan. Sungguh orang-orang yahudi dan nashrani pun mencintai nabi mereka, namun mereka tidak akan bersama-sama dengan nabi mereka". (an-Nafa'is al-'Ulwiyyah fi al-Masa'il ash-Shufiyyah hal. 44).

Wallohu a'lam bish-showab
FB Comments
0 Blogger Comments

0 comments:

Posting Komentar

Home