Talak dalam Keadaan Marah


Tanya:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya pernah mendengar seorang kyai menjelaskan bahwa talak yang dijatuhkan suami dalam keadaan marah tidak dianggap sebagai talak, sehingga talaknya tidak jatuh. Bahkan saya mendengar kabar bahwa ada beberapa orang yang kembali kepada mantan istrinya yang sudah habis masa iddah tanpa pernikahan baru dengan alasan talaknya diucapkan dalam keadaan marah. Mohon penjelasan disertai dengan dasar hukumnya. Terima kasih.

(Jama’ah pengajian umum masjid jami’ al-Hidayah Tegalsapi – Nagacipta)

Jawab:

Wa'alaikum Salam Wr. Wb.

Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan mengutip penjelasan para ulama sebagai berikut:

1. An-Nawawi (Majmu’ Syarh Muhadzdzab)

(فرع) ويقع الطلاق في حال الرضى والغضب والجد والهزل، لما روى أبو هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال " ثلاث جدهن جد، وهزلهن جد النكاح والطلاق والرجعة " رواه أصحاب السنن.

Talak jatuh hukumnya baik diucapkan dalam keadaan ridho, marah, sungguh-sungguh atau bergurau. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairoh ra. Bahwa Nabi saw. bersabda: “ada tiga hal, kesungguhannya adalah sungguh-sungguh dan berguraunya pun dianggap sungguh-sungguh: pernikahan, talak dan rujuk” (Hadits diriwayatkan oleh para pemilik kitab sunnah)

2. Sulaiman Jamal (Hasyiyatul Jamal ‘ala Syarh Manhajith Thullab)

(قَوْلُهُ : لَا طَلَاقَ فِي إغْلَاقٍ) أَيْ إكْرَاهٍ فَسَّرُوا الْإِغْلَاقَ بِالْإِكْرَاهِ ؛ لِأَنَّ الْمُكْرَهَ أُغْلِقَ عَلَيْهِ الْبَابُ أَوْ انْغَلَقَ عَلَيْهِ رَأْيُهُ وَمَنَعُوا تَفْسِيرَهُ بِالْغَضَبِ لِلِاتِّفَاقِ عَلَى وُقُوعِ طَلَاقِ الْغَضْبَانِ ا هـ حَج

(perkataan mushonnif: tidak jatuh talak dalam keadaan ighlaq) yakni dalam keadaan terpaksa, para ulama menafsirkan kata ighlaq dengan makna “terpaksa”. Karena orang terpaksa ditutup pintu (pilihan) nya, atau tertutup kebebasannya dalam berpendapat. Para ulama melarang menafsirkan “ighlaq” dengan makna marah, karena mereka sepakat bahwa talak orang marah jatuh hukumnya.

3. Al-Bakri ad-Dimyathi (Hasyiyah I’anatuh Tholibin)

(قوله واتفقوا على وقوع طلاق الغضبان) في ترغيب المشتاق :سئل الشمس الرملي عن الحلف بالطلاق حال الغضب الشديد المخرج عن الاشعار هل يقع الطلاق أم لا وهل يفرق بين التعليق والتنجيز أم لا وهل يصدق الحالف في دعواه شدة الغضب وعدم الإشعار. فأجاب بأنه لا اعتبار بالغضب فيها. نعم إن كان زائل العقل عذر

(perkataan mushonnif: mereka sepakat atas jatuhnya talak orang yang marah) dalam kitab Targhibul Musytaq, asy-Syamsur Romli ditanya tentang sumpah mentalak dalam keadaan sangat marah yang menyebabkan seseorang tidak merasa apa-apa. Apakah talaknya jatuh atau tidak; Apakah dibedakan antara talak ta’liq atau tanjiz; Apakah orang yang bersumpah mengaku dalam keadaan sangat marah itu dibenarkan? Beliau menjawab: sesungguhnya marah itu tidak dianggap sebagai kemarahan, kecuali orang yang hilang akalnya maka ia dianggap uzur

4. Wahbah Zuhaili (al-Fiqhul Islami wa Adillatuh)

طلاق المجنون والمدهوش: ولا يصح طلاق المجنون، ومثله المغمى عليه، والمدهوش: وهو الذي اعترته حال انفعال لا يدري فيها ما يقول أو يفعل، أو يصل به الانفعال إلى درجة يغلب معها الخلل في أقواله وأفعاله، بسبب فرط الخوف أو الحزن أو الغضب، لقوله صلّى الله عليه وسلم : «لا طلاق في إغلاق» (1) والإغلاق: كل ما يسد باب الإدراك والقصد والوعي، لجنون أو شدة غضب أو شدة حزن ونحوها.
طلاق الغضبان: يفهم مما ذكر أن طلاق الغضبان لا يقع الا إذا اشتد الغضب، بأن وصل إلى درجة لا يدري فيها ما يقول ويفعل ولا يقصده. أو وصل به الغضب إلى درجة يغلب عليه فيها الخلل والاضطراب في أقواله وأفعاله، وهذه حالة نادرة. فإن ظل الشخص في حالة وعي وإدراك لما يقول فيقع طلاقه، وهذا هو الغالب في كل طلاق يصدر عن الرجل؛ لأن الغضبان مكلف في حال غضبه بما يصدر منه من كفر وقتل نفس وأخذ مال بغير حق وطلاق وغيرها.

Talak yang dijatuhkan oleh orang gila dan madhusy:
tidak sah talak yang dijatuhkan orang gila, orang ayan dan madhusy. Madhusy adalah orang yang tidak menyadari perkataan atau perbuatannya, disebabkan perasaan sangat takut, sedih atau marah. Hal ini didasarkan sabda Nabi saw. “tidak jatuh talak dalam keadaan ighlaq”. Ighlaq adalah setiap perkara yang menutupi perasaan dan keinginan, baik disebabkan gila, sangat marah, sangat sedih dan sebagainya.

Talak yang dijatuhkan oleh orang yang marah:
dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa talaknya orang marah tetap jatuh kecuali dalam kondisi sangat marah. Yaitu keadaan di mana seseorang tidak menyadari perkataan dan perbuatannya, atau sampai ke dalam kondisi seseorang berbicara dan berbuat di luar kesadarannya. Keadaan marah seperti ini jarang terjadi, sehingga talak tetap jatuh apabila seseorang yang marah masih mampu menyadari dan mengetahui perkataannya. Marah seperti inilah yang paling sering terjadi pada saat suami mantalak istrinya.

Dari beberapa penjelasan ulama di atas dapat disimpulkan bahwa talak bagi orang yang marah hukumnya sah (jatuh talaknya), kecuali apabila kemarahannya menyebabkan dia tidak menyadari ucapan dan perbuatannya. Kemarahan biasa tidak berpengaruh terhadap hukum talak, karena orang marah tetap dibebani hukum (taklif), dan biasanya suami menjatuhkan talak dalam keadaan tidak suka dan marah kepada istrinya.

والله اعلم بالصواب
FB Comments
0 Blogger Comments

0 comments:

Posting Komentar

Home